Kampung Batik Semarang, Saksi Bisu Pertempuran 5 Hari Zaman Penjajahan Jepang

SEMARANG, Lingkarjateng.id – Kampung Batik disebut sebagai saksi bisu atas terjadinya pertempuran lima hari di Semarang pada zaman penjajahan Jepang. Saat pertempuran itu, disertai dengan pembakaran dan penindasan yang dilakukan oleh kolonel Jepang pada tahun 1945 silam.

Salah satu pengunjung, Nina Krisnawati nampak asyik menikmati pemandangan sepanjang jalan Kampung Batik, Kelurahan Rejomulyo, Kecamatan Semarang Utara, Jawa Tengah. Bersama rekan kerjanya, mereka terlihat bahagia ketika melihat motif batik di sekeliling jalan.

“Baru pertama kali, rencananya bulan November by trip bersama anak-anak untuk berkunjung ke Kampung Batik,” ujar Nina pada Rabu, 5 Oktober 2022.

Ia mengaku akan mengajak siswa tingkat taman kanak-kanak (TK) untuk berkunjung ke Kampung Batik dengan tujuan memberikan edukasi.

“Cari alternatif kegiatan berbeda usai dihantam pandemi. Apalagi untuk mengenalkan nilai budaya dan sejarah,” katanya.

Disisi lain, salah satu perajin batik, Kristin menuturkan bahwa, Kampung Batik merupakan sentra kerajinan batik di era kolonial dan sempat terhenti karena tidak ada kegiatan membatik.

Pada tahun 2005, Kampung Batik hidup kembali dan menjadi destinasi wisata budaya di Semarang selama 12 tahun terakhir geliat industri batik.

“Hingga sekarang banyak warga yang mata pencaharian dari berjualan batik,” ucapnya.

Menurutnya, awal mula keberadaan kampung batik tidak lepas dari pengakuan UNESCO terhadap batik Indonesia sebagai warisan dunia pada 2009 lalu.

Bahkan berdasarkan sejarah, Kampung Batik dahulu pernah dibakar pada zaman penjajahan Jepang dengan tujuan, jika Belanda menduduki Indonesia lagi, sentra ekonomi tidak bisa diduduki lagi.

“Namun, sekarang Kampung Batik sudah berubah menjadi indah dan cantik dengan banyak mural batik khas Semarang,” tuturnya.

Kampung Batik merupakan salah satu tanda sejarah tentang adanya pertempuran 5 hari di Semarang yang dimana banyak pembakaran dan penindasan yang dilakukan oleh kolonel Jepang pada tahun 1945 silam.

“Sebagai saksi bisu pertempuran 5 hari di Semarang,” tandasnya. (Lingkar Network | Adimungkas – Koran Lingkar)

Similar Posts