Bobot 1,042 Ton, Sapi Pesanan Jokowi di Ungaran Ini Wajib Dimandikan 3 Kali Sehari

SEMARANG, Lingkarjateng.id – Peternak sapi asal Dusun Mendiro, Desa Kalongan, Kecamatan Ungaran Timur, Kabupaten Semarang, Sutrisno (44) menceritakan rutinitasnya dalam merawat sapi yang rencananya akan dibeli oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk kurban pada Hari Raya Idul Adha 2023 nanti.

Satu dari lima sapinya yang akan dibeli Jokowi tersebut diberi nama Bambo, sapi jenis sapi limosin tersebut memiliki bobot 1,042 ton.

Sutrisno mengaku, untuk menjaga dan merawat Bambo agar tetap sehat tidaklah mudah. Dirinya harus memandikannya sebanyak tiga kali sehari dengan durasi setiap mandi selama setengah jam.

“Kalau tidak dimandikan dia tidak mau makan karena dengan badan sebesar ini tubuhnya akan merasa panas,” kata Sutrisno, Kamis, 22 Juni 2023.

Selain itu, ada satu risiko yang harus Sutrisno waspadai yaitu saat membawa Bambo berjalan di luar kandang. Pasalnya, badan yang terbilang besar itu membuat tumpuan kakinya semakin lemah.

“Pelihara sapi ini risikonya juga besar, terutama di tumpuan kakinya. Kalau jalan ini harus lewat jalan yang tidak banyak kerikilnya, karena kakinya lemah biasanya dengan tubuhnya yang besar,” imbuh dia.

Dirinya mulai merawat Bambo sejak setahun lalu, saat sapi tersebut masih berumur dua tahun dan masih berbobot 9 kuintal.

Kini sapi raksasanya itu masuk seleksi Pemprov Jateng untuk masuk kategori hewan kurban yang hendak dibeli Jokowi. Rencananya, Bambo akan dikirim ke Solo pada H-1 Idul Adha 2023 nanti.

Sutrisno saat ini masih menunggu kabar lebih lanjut mengenai proses pembelian termasuk negosiasi harga dan lain-lainnya.

“Senang dan bangga sapi-sapi saya bisa jadi perhatian Jokowi. Apalagi bapak Presiden sudah membeli sapi-sapi saya ini sejak 2019 lalu hingga 2022. Saya adalah pengusaha ternak ya, jadi kalau ternak saya dibeli presiden ya senang, ya,” beber dia.

Terkait harga sendiri, Sutrisno mengaku mematok sapi terbesarnya seharga di atas Rp 100 juta.

Meski hingga kini ancaman wabah penyakit mulut dan kuku (PMK) serta Lumpy Skin Disease (LSD) masih mengintai wilayah Kabupaten Semarang, kini Sutrisno sudah memiliki cara terbaiknya untuk mengatasi permasalahan tersebut. Yakni dirinya berupaya memisahkan sapi-sapinya di kandang yang berbeda.

Selain itu, sapi-sapi lain miliknya juga dititipkan ke kandang milik rekannya untuk mencegah risiko penularan penyakit hewan tersebut.

Tak dipungkiri masa membludaknya kasus PMK pada 2022 lalu menjadi masa terpuruk baginya. Dia mengaku, empat sapinya mati dan tidak bisa dipotong saat itu, sehingga kerugiannya sangat cukup besar.

“Itu masa terberat saya sebagai peternak sapi, ruginya sampai miliaran rupiah saat itu, jadi ya saat-saat sedih saya sebagai peternak sapi, rugi banyak,” pungkas dia. (Lingkar Network | Hesty Imaniar – Lingkarjateng.id)

Similar Posts