Perang Palestina-Israel Meluas Ke Lebanon, Indonesia Waspada Dampak Geopolitik

Jakarta, LINGKAR – Meluasnya perang Palestina-Israel kini menjadikan sekitar wilayah tersebut bak “neraka” yang menakutkan bagi masa depan perdamaian. Perang proksi kini bergeser menuntun para dalang di baliknya untuk turut serta bermain. Tak menutup kemungkinan, proksi baru akan bergeser ke Indonesia.

Israel mungkin tidak menyangka, pertempuran dengan Palestina di Gaza berlarut. Tidak seperti sebelumnya, hanya dalam hitungan hari atau pekan. Sejak 7 Oktober 2023 peperangan dimulai, hingga hari ini masih belum menunjukkan titik penyelesaian. Tidak heran, perang kali ini menguras segala sumber daya yang dimiliki oleh kedua belah pihak, baik Israel maupun Palestina.

Bala bantuan dan logistik yang sedianya dikirim oleh mitra utama Israel, Amerika Serikat, disabotase di Laut Merah oleh sekutu Palestina, yaitu kelompok Houthi Yaman. Tercatat, hingga 14 Januari 2024, 50 kapal logistik dibombardir di tengah lautan. Sejumlah kapal logistik bergeser ke jalur memutar ke Tanjung Harapan di Afrika Selatan. Dengan jarak tempuh 10 hari lebih lama, menyebabkan pembengkakan biaya transportasi logistik yang dapat menimbulkan potensi inflasi secara global.

Sementara dari jalur lain, ada Korps Garda Revolusi Iran (IRGC) dan Pasukan Hizbullah di Lebanon dan Suriah yang siap melakukan perlawanan dan memblokade bantuan apapun kepada Israel. Maka, Israel menyerbu basis pasukan Hizbullah di Suriah dan Lebanon itu.

Pemain utama pemberi dukungan Palestina adalah Iran. Negara ini menyokong secara besar-besaran dengan menggerakkan kelompok proksi, yaitu Kelompok Houthi di Yaman dan pasukan Hizbullah berbasis di Suriah, Lebanon, serta Irak.

Iran merupakan negara yang memiliki dendam dengan AS dan tidak bisa dipandang sebelah mata. Kemunduran AS dari kesepakatan nuklir Iran pada 2019 menyisakan luka yang mendalam atas perlakuan tidak adil AS terhadap Iran, sementara Israel tidak dipermasalahkan oleh AS. Bukan lagi “rahasia umum” Israel memiliki hulu ledak nuklir. Oleh karena itu, tak selang berapa lama dari kemunduran AS itu, Iran menyerang tanker-tanker internasional di dekat Selat Hormuz dan menghancurkan jalur pipa minyak Aramco Arab Saudi tanpa diketahui radar.

Eskalasi meningkat

Israel dengan jelas melibatkan negara-negara lain untuk terlibat dalam peperangan. Suriah dan Lebanon tentu tidak akan tinggal diam jika kedaulatan negaranya diinjak-injak oleh Israel. walaupun Israel beralasan bahwa mereka menyerang Hizbullah, tapi di sisi lain melanggar wilayah kedaulatan negara,

Presiden Lebanon Michel Aoun menyebut tindakan Israel itu sebagai bentuk deklarasi perang. Sementara Presiden Suriah Bashar al-Assad mengatakan bahwa negaranya mampu menghadapi Israel. Israel membuka kembali gerbang peperangan dengan negara-negara Timur Tengah.

Di sisi lain, kini Iran memiliki drone canggih yang digunakan Rusia pada perang melawan Ukraina. Rudal balistik dan supersonik yang dapat menjangkau kawasan Timur Tengah, dikuasai betul oleh Iran. Negeri para Mullah itu menunjukkan taringnya kepada AS dan Israel. Markas Mossad Israel di Irak diserang oleh Iran sebagai pembalasan atas kematian Razi Mausafi, komandan pasukan elit Quds dari Garda Revolusi Islam Iran (IRGC).

Rupanya, Iran juga menyusupkan agenda lain kali ini. Dua serangan diluncurkan Iran ke Pakistan dan Suriah dengan dalih penumpasan gerakan terorisme anti-Iran. Pakistan tak tinggal diam. Militer Pakistan melancarkan serangan semalaman ke kelompok militan anti-Pakistan di Iran, persis sehari setelah Iran merudal kelompok Jaish al-Adl, kelompok Sunni di Pakistan.

Di Suriah, Iran menembakkan rudal balistik terhadap “operasi teroris” yang rupanya menyasar Garda Revolusi Islam Iran yang beroperasi di Damaskus. Suriah dan Iran memiliki pandangan yang sama dalam hal ini untuk melemahkan gerakan Zionis. Di sisi lain, Suriah diuntungkan dengan penumpasan gerakan ISIS yang masih bercokol di negaranya.

Dampak politik elektoral

Peperangan Palestina-Israel ini pada akhirnya mempengaruhi politik elektoral di dalam negeri sejumlah negara yang terlibat. AS pada Oktober 2024, Iran pada Maret 2024 dan Israel. Dorongan untuk mempercepat Pemilu 2026 di Israel terus menguat. Di tengah situasi perang ini, politik pertahanan acap kali digunakan untuk memperoleh simpati pemilih dalam negeri.

Publik Israel mulai gerah dengan kebijakan bumi hanguskan Hamas dari PM Benjamin Netanyahu. Pada survei Institut Demokrasi Israel non-partisan pada 2 Januari 2024 menunjukkan hanya 15 persen warga Israel yang menginginkan Netanyahu tetap menjabat, setelah perang melawan Hamas berakhir.

Netanyahu membutuhkan perang untuk tetap mengonsolidasikan kekuatan partainya, yakni Partai Likud yang berideologi Negara Yahudi. Sementara Pemimpin Oposisi Israel Yair Lapid mulai bergerak untuk menggulingkan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu. Lapid secara resmi mengatakan kepada Presiden Israel Reuven Rivlin, pihaknya telah mencapai kesepakatan dengan sekutu politik untuk membentuk pemerintahan baru.

Pengaruh perang Palestina-Israel ini juga tak kalah seru menjelang Pemilu AS. Pada Desember 2023, survei Wall Street Journal (WSJ) menunjukkan bahwa Biden mendapat peringkat dukungan terendah selama hampir tiga tahun masa kepresidenannya. Sementara, kubu oposisi, Donald Trump yang diperangi secara hukum mendapatkan dukungan dalam upayanya untuk kembali ke Gedung Putih.

Publik AS menilai bahwa langkah-langkah Joe Biden dalam memberikan dukungan ke Israel, termasuk ke Ukraina, merugikan publik dalam negeri, terutama pada aspek ekonomi. Anggaran negara sebagian besar tersedot untuk kegiatan perang, sementara pengangguran dalam negeri meningkat 3,7 persen, inflasi tembus di angka 3,4 persen, dan dampak ekonomi lainnya.

Sementara itu pada pemilu Iran, kubu konservatif yang berkuasa saat ini harus mempertahankan untuk memenangkan Hamas dalam perang Palestina-Israel agar tidak kehilangan dukungan publik dan tidak memperoleh perlawanan dari kubu reformis. Iran begitu lama dikuasai oleh kelompok konservatif, sehingga gejolak apapun di luar negeri terkait Iran akan dimanfaatkan oleh kelompok reformis untuk menggantikan tampuk kepemimpinan.

Kewaspadaan Indonesia

Peperangan proksi telah bergeser menjadi peperangan antaraktor yang berseteru secara langsung. Itu artinya, kita harus siap-siap untuk dijadikan sebagai wilayah proksi berikutnya oleh para aktor-aktor peperangan tersebut. Jika kita bisa melihat gejala-gejala ini, maka NKRI dipandang potensial untuk dijadikan ladang proksi Palestina-Israel oleh para aktor di belakangnya.

Pertama, perang opini publik untuk mendukung Palestina maupun Israel. Media sosial menjadi sarana penting untuk penyebaran konten-konten tentang “kekejaman Israel”, “kecurangan Hamas”, dan tema-tema yang tendensius lainnya. Tidak jarang, konten-konten itu menyebarkan narasi palsu, hoaks, dan disinformasi.

Penggalangan opini publik ini tidak main-main. Menurut analisis media sosial yang dilakukan oleh Humanz, sebuah platform perusahaan Israel yang didirikan oleh mantan programer dari Unit Intelijen IDF 8200, terdapat 117 miliar postingan di TikTok dan Instagram sejak 7 Oktober hingga 20 November 2023. Postingan dengan menggunakan tanda pagar atau tagar (#) yang pro-Palestina berjumlah 93,7 persen, sementara yang pro-Israel hanya 6,3 persen.

Gerakan-gerakan, seperti boikot produk Israel, pembangunan opini perang Palestina-Israel sebagai perang agama, dan gerakan demonstrasi pro-Palestina di seluruh penjuru Tanah Air menunjukkan bahwa advokasi media sosial cukup berhasil.

Kedua, selain bertujuan untuk membangun komitmen aksi, perang di media sosial menuntut aksi berikutnya yang membutuhkan pengorbanan lebih, yaitu aksi penggalangan dana. Indonesia merupakan salah satu negara yang memberikan sumbangan ke Palestina dengan jumlah yang cukup besar.

Pada 18 November 2023 dilaporkan Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) bahwa sumbangan rakyat Indonesia untuk Palestina mencapai Rp 61,5. miliar. Majelis Ulama Indonesia (MUI) juga menyalurkan sumbangan sebesar Rp 23 miliar, termasuk sejumlah sumbangan dari lembaga zakat dan kemanusiaan lainnya, seperti LazisNU, LazisMU dan sebagainya. Indonesia lalu dipandang sebagai negara yang potensial untuk memberikan dukungan kepada Palestina dalam hal finansial.

Di tengah kobaran perang negara-negara yang terlibat pada perang Palestina-Israel, yang penting adalah tetap mempertahankan rasa kemanusiaan, kepedulian pada perdamaian dan solidaritas terhadap negara-negara yang sedang memperjuangkan kemerdekaannya. Maka, sikap Pemerintah Indonesia dengan solusi “two state solution” sudah dinilai tepat. Kepedulian rakyat Indonesia terhadap penderitaan rakyat Palestina semakin memberikan dukungan langkah diplomasi pemerintah.

Dus, kita berharap bahwa perkembangan geopolitik saat ini tidak mempengaruhi para aktor-aktor di dalam negeri untuk mengolahnya menjadi ancaman. Kepentingan nasional kita adalah mempromosikan perdamaian dunia, membangun persatuan dan keutuhan bangsa ini untuk mewujudkan Indonesia Emas pada 2045. (Rara – Lingkar.news)

*) Ngasiman Djoyonegoro adalah Analis Intelijen Pertahanan dan Keamanan, Rektor Institut Sains dan Teknologi Al-Kamal

Similar Posts