LingkarSemarang

Majelis Umat Kristen Indonesia: Kami Dekat dengan NU

SEMARANG, Lingkarjateng.id – Ketua Pimpinan Cabang (PC) Gerakan Pemuda (GP) Ansor Kota Semarang, Abdur Rahman, mengatakan bahwa sudah seharusnya memaknai perbedaan keyakinan sebagai sebuah rahmat Allah yang menciptakan seluruh alam dengan berbagai perbedaan.

Hal itu disampaikan di sela-sela penyambutan saat pihaknya menerima kunjungan dari Majelis Umat Kristen Indonesia (MUKI) di Gedung Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kota Semarang, Jl. Puspigiwang I, Semarang Barat, pada Rabu, 29 Mei 2024.

“Semarang ini multietnis, warganya rukun dan memegang toleransi yang tinggi. Harapan kami, kita ajak warga untuk menjaga Kota Semarang, Jawa Tengah, dan seluruh Indonesia agar kita bisa wariskan kepada anak cucu kita sebuah negara yang damai,” tuturnya.

Ia juga menjelaskan bahwa di dalam Islam sendiri ada istilah khilafiyah, perbedaan pendapat antara ulama satu dengan lainnya dalam praktik beribadah.

“Misalnya dalam bab wudu atau bersuci. Ini semua sepakat hukumnya wajib bagi yang akan salat, namun praktik dan hal yang membatalkan itu beda pendapat. Perbedaan yang seperti ini merupakan rahmat Allah yang menjadikan khasanah keislaman itu jadi luas,” katanya.

Pihaknya juga memaparkan sistem keorganisasian yang mana di dalamnya terdapat barisan Ansor Serbaguna (Banser), Badan Ansor Antinarkoba (Baanar), Lembaga Bantuan Hukum (LBH).

“Kita punya LBH di Ansor. Ini yang dulu memediasi ketika Bu Nyai Sinta Nuriyah Wahid sahur bersama kan sempat ada penolakan,” katanya.

Ia juga menyebut peran Banser dalam menjaga kebersamaan keindonesiaan ketika umat kristiani menjalani misa malam natal. Hal itu tidak jarang menjadi ‘gorengan’, namun bagi Ansor tidak ada yang perlu dipermasalahkan.

“Tapi itu tidak masalah. Yang penting itu bagaimana kebersamaan, keindonesiaan ini terus terjaga,” ungkapnya.

Sementara itu, Ketua MUKI Pdt. Agung Setiawan dalam kesempatan itu juga menjelaskan bahwa keorganisasiannya juga memiliki bidang-bidang tertentu.

“Kami banyak di ranah sosial, tidak bergerak di ranah dogma agama, hanya namanya saja Majelis Umat Kristen Indonesia,” ujarnya.

Ia lantas memaparkan beberapa kegiatan bersama masyarakat, salah satunya bersama Lembaga Kesehatan Nahdlatul Ulama (LKNU) Jawa Tengah saat memperingati hari santri.

“Kami ikut buka pengobatan gratis bersama para dokter NU di hari santri. Jadi kami ini cukup dekat dengan NU,” tuturnya. (Lingkar Network | Rizky Syahrul Al-Fath – Lingkarjateng.id)

Exit mobile version