Geger Kasus Bunuh Diri di Semarang, Psikolog Ungkap Penyebabnya

SEMARANG, Lingkarjateng.id – Staff Akademik Bidang Bimbingan Konseling LPPP Universitas Negeri Semarang (UNNES) Edwindha Prafitra Nugraheni menanggapi kasus bunuh diri yang belakangan ini sempat membuat geger masyarakat.

Sebagaimana diketahui, dua kasus dugaan bunuh diri terjadi kurang dari seminggu di Semarang. Pertama dilakukan NJW (20) warga Ngaliyan, Semarang, mahasiswi Universitas Negeri Semarang (UNNES) yang ditemukan tewas di Mal Paragon Semarang, pada Selasa,10 Oktober 2023. Kemudian kasus kedua, seorang mahasiswa Universitas Dian Nuswantoro (Udinus) berinisial EN (24) warga Kapuas, Kalimantan Tengah, yang ditemukan meninggal dunia di dalam kamar indekosnya, Rabu, 11 Oktober 2023. 

Dihubungi Jumat, 13 Oktober 2023, Edwindha Prafitra Nugraheni mengatakan bahwa kondisi kesehatan mental perlu dijaga dan dikelola melalui kolaborasi positif dari semua pihak. Faktor penyebab mahasiswa melakukan bunuh diri sangatlah kompleks baik dari aspek biologis, psikologis, maupun sosial budaya ditambah adanya stressor dalam kehidupan sehari-hari dapat semakin memicu munculnya kondisi yang lebih buruk.

“Mereka sering kali tidak mampu menyelesaikan tekanan-tekanan yang berujung pada depresi, sedangkan pemicu orang depresi bisa datang dari lingkungan terdekat seperti keluarga, teman, dan hubungan dengan pasangan. Kemampuan seseorang dalam mengatasi persoalan dan cara-cara dia melakukan penyelesaian sebenarnya sudah dibentuk dari lingkungan keluarga. Apakah keluarganya merupakan orang-orang yang mudah putus atau tidak,” urainya.

Sebagai Staff Akademik Bidang Bimbingan Konseling LPPP di UNNES, ia menyebut selama kurun waktu tahun 2023, rata-rata setiap bulannya ada sekitar 10-15 mahasiswa yang melakukan aski bunuh diri. Permasalahannya mulai dari kurangnya motivasi, tekanan keluarga, pertemanan, overthinking, burnout, dan masalah yang berkaitan dengan pribadi.

Ia memberikan beberapa tips terkait apa saja yang harus dilakukan mahasiswa ketika masalah datang bertubi-tubi dan bagaimana sebaiknya bertindak saat pikiran mendadak sempit atau tidak bekerja.

“Cobalah untuk menenangkan diri terlebih dahulu sembari mengidentifikasi permasalahan atau kondisi yang mendesak untuk diselesaikan. Apabila merasa tertekan dan tidak mampu menanganinya sendiri, segera cari professional helper seperti konselor, psikolog atau psikiater yang dapat memberikan dukungan positif,” tuturnya.

Edwindha juga berpesan kepada para mahasiswa dimanapun berada bahwa setiap orang pasti punya masalah atau persoalan dalam hidupnya, namun di setiap masalah juga pasti ada harapan dan solusinya. Mengakhiri hidup bukanlah jawaban dari ujian kehidupan, segera cari bantuan profesional helper (konselor, psikolog, dan psikiater) agar dapat melanjutkan perjuangan yang lebih bermakna. 

Sebagai informasi, Layanan kesehatan mental di UNNES ada di pusat layanan Bimbingan Konseling yang ada di Lembaga Pengembangan Pendidikan dan Profesi (LPPP) serta pelayanan konseling di Laboratorium Bimbingan Konseling maupun Psikologi yang ada di Fakultas Ilmu Pendidikan dan Psikologi (FIPP) UNNES.

“Kami sampai saat ini belum memiliki hotline, tetapi kami menyebarkan formulir melalui bit.ly/formkonselingonline yang bisa dipakai mahasiswa untuk mendaftar konseling,”imbuhnya. (Lingkar Network | Rizky Syahrul – Lingkarjateng.id)

Similar Posts