Lingkarsemarang.com

Angka Stunting di Semarang Capai 1.410, Daerah Pesisir Dominasi Kasus

SEMARANG, Lingkarjateng.id – Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang terus berupaya menekan angka stunting di wilayahnya. Terbukti, angka stunting pada tahun 2022 berhasil turun meskipun tidak terlalu signifikan.

Salah satu upaya penurunan stunting yang digencarkan Pemkot Semarang yakni dengan mengajak masyarakat untuk memasak ikan.

“Ikan mengandung protein yang tinggi. Dengan begitu para orang tua bisa mengolah ikan dengan inovasi,” ujar Plt Wali Kota Semarang, Hevearita G Rahayu, pada Senin, 9 Januari 2023.

Sebelumnya, Presiden RI Joko Widodo juga telah menargetkan agar angka stunting turun menjadi 14 persen pada tahun 2024. Berbagai upaya pun telah dilakukan untuk memenuhi target tersebut.

Berdasar hasil Studi Gizi Indonesia (SSGI) Kementerian Kesehatan mencatat pada tahun 2021 prevalensi balita stunting di angka 24,4 persen. Angka itu turun dari tahun 2020, yang angka prevalensinya mencapai 26,9 persen.

Sementara, berdasarkan data Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI) angka prevalensi balita stunting di Jawa Tengah pada tahun 2019 mencapai 27,68 persen. Kemudian pada tahun 2021 turun menjadi 20,9 persen.

Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang, Abdul Hakam, menyampaikan bahwa kasus stunting di daerahnya didominasi di wilayah pesisir.

“Secara prevalensi sebenarnya daerah Semarang sisi selatan, tengah lebih tinggi, tapi secara jumlah akumulasi paling banyak. Hal itu terjadi karena di sana bayi lebih banyak. Maka paling tinggi di Utara, apalagi persoalan di sana lebih kompleks,” ujarnya, pada Senin, 9 Januari 2023.

Ia menyebut pada akhir tahun 2022 angka stunting di Kota Semarang mencapai 1.410 kasus. Jumlah itu turun dari tahun sebelumnya yang mencapai 1.687 kasus.

“Merujuk angka itu penurunan tidak signifikan. Tapi, dilihat dari keberhasilan menekan kasus baru tertangani dengan baik. Misal lulus stunting 200 kasus baru 150 kasus,” tandasnya. (Lingkar Network | Adimungkas – Koran Lingkar)

Exit mobile version